EFEK SAMPING OBAT-OBAT ANTI TUBERKULOSA LINI PERTAMA

 EFEK SAMPING OBAT-OBAT ANTI TUBERKULOSA (OAT) LINI PERTAMA


       Sampai saat ini Indonesia masih berjuang untuk lepas dari penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterum tuberculosa ini. Indonesia termasuk 5 negara dari 22 negara di dunia dengan beban penyakit Tuberkulosa (TB). Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Besarnya masalah TB di Indonesia diperberat dengan meningkatnya kasus HIV-AIDS serta meningkatnya orang-orang dengan Diabetes melitus, yang semua itu dapat meningkatkan risiko penularan TB. Saat ini juga timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (TB RO).
       Pada saat ini kita akan membahas efek samping OAT lini pertama, yang bisa terjadi pada pasien-pasien TB.

1. INH (isonikotinil hidrazid) atau isoniazid. bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Memiliki efek yang tidak diharapkan antara lain :
  • Reaksi hipersensitivitas, berupa : demam, kelainan kulit yang dapat berbentuk morbiliform, makulopapular, dan urtikaria.
  • Reaksi hematologik, dapat berupa : agranulositosis, trombositopeni, serta anemia. Juga dapat timbul vaskulitis selama pengobatan dan akan hilang bila pengobatan dihentikan.
  • Artritis, sakit pada sendi-sendi
  • Neuritis perifer, paling sering dialami oleh pasien bila pasien tidak diberi piridoksin (vitamin B6). Hal ini dikarenakan pemberian INH akan menyebabkan peningkatan ekskresi piridoksin, kadar piridoksin dalam plasma menurun, sehingga memberi gambaran defisiensi piridoksin.
  • Neurotoksisitas, dengan gejala vertigo, ataksia, parestesia, neuritis optik, ensefalopati yang dapat berakibat fatal, serta dapat menjadi pencetus timbulnya kejang pada pasien dengan riwayat kejang.
  • Kelainan mental, antara lain dapat menimbulkan euforia, berkurangnya daya ingat yang bersifat sementara, hilangnya pengendalian diri, dan psikosis.
  • Kerusakan hati, pasien akan mengalami ikterus, dan peningkatan aktivitas enzim transaminase. Faktor usia merupakan faktor yang sangat penting untuk timbulnya efek toksik pada hati. Kerusakan hati jarang dijumpai pada pasien-pasien usia kurang dari 35 tahun, makin lanjut usia pasien maka semakin sering dijumpai kelainan ini. Sehingga pemberian INH pada penderita dengan riwayat penyakit hati dan pasien-pasien usia lanjut harus dilakukan dengan hati-hati.
  • Efek samping yang lain ialah : mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati, methemoglobinemia, tinitus, dan retensio urin.
2. RIFAMPISIN, dapat menghambat pertumbuhan berbagai kuman baik gram positif maupun gram negatif. Efek yang tidak diharapkan dari obat ini adalah :
  • Reaksi hipersensitivitas, dapat berupa demam, pruritus, urtikaria, dan berbagai kelainan kulit, merupakan efek samping yang paling terjadi, juga dapat timbul eosinofilia, dan rasa sakit pada mulut dan lidah. Hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufisiensi ginjal, dan gagal ginjal akut, juga merupakan reaksi hipersensitivitas, tetapi jarang terjadi.
  • Hepatitis jarang terjadi pada penderita dengan fungsi hepar normal. Pada penderita penyakit hati kronik, alkoholisme, dan usia lanjut, insidens ikterus bertambah.
  • Gangguan saluran cerna. berupa rasa tidak enak di lambung, mual-muntah, kolik, dan diare, kadang-kadang memerlukan penghentian terapi.
  • Keluhan yang berhubungan dengan sistem syaraf, misalnya, rasa lelah, mengantuk, sakit kepala, ataksia, kebingungan, sukar berkonsentrasi, nyeri pada tangan dan kaki, dan kelemahan otot.
  • Pansitopenia (trombositopenia, leukopenia, anemia), dapat terjadi selama terapi berlangsung.
  • Dapat menembus sawar uri, sehingga lebih baik tidak diberikan pada ibu hamil.
3. ETAMBUTOL. Obat ini dapat menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap INH dan Streptomisin. Cara kerjanya dengan menghambat sintesa metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan akhirnya sel mati. Efek samping yang tidak diharapkan adalah :
  • Gangguan penglihatan, yang biasanya bilateral, yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa turunnya tajam penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna, mengecilnya lapang pandang, dan adanya skotoma sentral maupun lateral. Bila pasien telah mengalami gangguan penglihatan sebelum menggunakan etambutol maka perlu dilakukan pemeriksaan mata secara cermat sebelum terapi dengan etambutol. Setiap pasien TB yang mendapatkan etambutol juga perlu diingatkan bila mengalami gangguan openglihatan untuk segera melaporkan kepada dokter.
  • Etambutol juga dapat menimbulkan pruritus, nyeri sendi, gangguan saluran cerna, malaise, sakit kepala, bingung, disorientasi, rasa kaku dan kesemutan di jari-jari.
  • Dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah, hal ini disebabkan oleh penurunan ekskresi asam rat melalui ginjal.
4. PIRAZINAMID, merupakan obat yang tidak larut dalam air, sehingga didalam tubuh akan dihidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik, dan disebarkan ke seluruh tubuh. Serta diekskresikan melalui ginjal. Efek samping yang tidak diharapkan adalah :
  • Kelainan hati, gajala yang muncul adalah ikterus dan peningkatan SGOT dan SGPT. Bila memberat dapat menyebabkan nekrosis hati yang bisa membawa kematian. Oleh sebab itu sebelum dilakukan pengobatan dengan pirazinamid sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Dan selama pengobatan juga dilakukan pemantauan berkala terhadap fungsi hati. Jika timbul kerusakan hati maka terapi pirazinamid dihentikan. Pirazinamid tidak boleh diberikan kepada penderita dengan kelainan fungsi hati.
  • Efek samping yang lain adalah : atralgia, anoreksia, mual-muntah, disuria, malaise, dan demam.
5. STREPTOMISIN, berbentuk sediaan injeksi yang diberikan secara intra muskuler (im), obat ini bersifat bekteriostatik dan bekterisid terhadap kuman tuberkulosis. Efek samping yang tidak diinginkan adalah :
  • Bersifat neurotoksik pada saraf kranialis ke VIII (vestibulokoklear), bila diberikan dalam dosis besar dan dalam jangka lama. Sehingga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan audiometri secara berkala pada pasien-pasien yang mendapatkan injeksi streptomisin. 
  • Bersifat nefrotoksisitas. Ototoksisitas dan nefrotoksisitas sering dijumpai pada pasien-pasien kelompok usia diatas 65 tahun (manula).
  • Kadang-kadang dapat timbul sakit kepala, malaise, kesemutan di sekitar mulut juga di tangan.
  • Efek samping yang lain adalah reaksi anafilaksis, agranulositosis, anemia aplastik dan demam.
  • Sebaiknya tidak diberikan pada pasien TB yang hamil trimester pertama, untuk mencegah ketulian pada bayi.
   

*****SELESAI*****


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMPLIKASI YANG SERING TERJADI PADA DIABETES