TRANSFUSI KHUSUS

TRANSFUSI KHUSUS

A. APHERESIS TERAPEUTIK

Bertujuan untuk mengurangi komponen darah tertentu pada pasien yang akan memperbaiki gejala penyakit, bukan menyembuhkan pasien. Dilakukan pada keadaan darurat atau untuk mencegah perburukan kondisi pasien.

Apheresis terapeutik meliputi :

1. Therapeutik Plasma Exchange (TPE), adalah tindakan mengeluarkan plasma pasien yang merupakan penyebab penyakit dan diganti dengan Albumin 5%, FFP, koloid, atau kristaloid.

Indikasi TPE, mengacu pada guideline American Society For Apheresis (ASFA)
- Evidence base medicine level 1 dan Grade A (first line treatment) :
  • kasus Neurologi : Acute Guillain-Barre syndrome, Chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy, Myasthenia gravis, Polyneuropathy associated with paraproteinaemias.
  • kasus Hematologi : Thrombotic thrombocytopenic purpura, Atypical haemolytic uraemic syndrome, Hyperviscosity syndromes (paraproteinemias), Severe/ symptomatic cryoglobulinemia
  • kasus Nefrologi : kasus metabolik, Fulminant Wilson`s disease, Recurent focal segmental glomerular sclerosis, Antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCA),Associated rapidly progressive glomerulonephritis
- Second line treatment
  • kasus Neurologi : Lambert-Eaton myasthenic syndrome, Acute exacerbation of multiple sclerosis, Chronic focal encephalitis, Neuromyelitis optica
  • kasus Hematologi : ABO-incompatible haemopoeitic stem cell transplantation, Pure red cell aplasia, Life-threatening cold aglutinin disease.
  • kasus Imunologi : Catastrophic antiphospholipid syndrome, Cerebral systemic lupus erythematosus (SLE).

B. AUTOTRANSFUSI, menerima darah sendiri pada saat diperlukan. Darah diambil sebelum transfusi. Keuntungan : berkurangnya risiko penularan penyakit karena transfusi, berkurangnya reaksi incompatibility, serta tidak terjadi risiko alloimmunization.

Jenis autotransfusi :
  • Sebelum bedah (Predeposit Autologous Donation/ PAD). Pengambilan darah dilakukan 1 minggu sebelum pembedahan dan ditransfusikan kembali saat pembedahan. Syarat keberhasilan cara ini adalah pasien memiliki status gizi yang baik dengan Hb > 10g/ dl. Setelah darah pasien diambil maka pasien diberi makanan bergizi, Fe, dan vitamin yang cukup.        PAD digunakan untuk hal-hal tertentu, misalnya : pasien dengan golongan darah langka, pasien yang menolak pemberian darah donor orang lain tetapi menerima autologus sebelum bedah, pasien dengan gangguan psikiatri berat yang sangat takut terhadap risiko pemberian darah donor.
  • Sewaktu tindakan bedah (Intraoperative Cell Salvage/ ICS). Darah yang berada pada luka bedah yang tidak tercemar kuman disedot dan di filter untuk menghilangkan partikel debris, dimasukkan ke dalam kantong darah khusus. Darah diberi antikoagulan seperti heparin atau citras, disentrifugasi, kemudian dicuci. Pemrosesan dilakukan secara tertutup dan otomatik dan membutuhkan peralatan khusus, tenaga khusus. Darah diberi larutan saline dan ditransfusikan kepada pasien tidak ebih 4 jam setelah diproses. Cara ini banyak digunakan pada bedah jantung dan bedah tulang.                                                                                                                    Indikasi ICS : tindakan bedah yang diprediksi terjadi perdarahan >20% volume darah, perdarahan hebat, pasien dengan golongan darah langka, pasien yang menolak darah donor karena keyakinan (penganut saksi Jehovah)

C. TRANSFUSI SANGAT DARURAT, misalnya pada keadaan perdarahan hebat yang segera memerlukan penggantian volume darah untuk meningkatkan kapasitas oksigen pasien. Pada keadaan tersebut tidak memungkinkan menunggu hasil uji silang serasi karena terlalu lama. 

Pilihan yang diberikan adalah transfusi dengan golongan darah yang sama dengan resipien. Jika memungkinkan darah diambil dari pendonor yang pernah mendonorkan darah sebelumnya, hal ini untuk menghindari kemungkinan darah berasal dari donor yang berada pada masa jendela (window period) infeksi.

Transfusi pada keadaan darurat harus dinyatakan secara tertulis oleh dokter meliputi :
  • dokter bertanggung jawab atas segala risiko
  • dokter telah menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa transfusi diperlukan untuk menyelamatkan nyawa. 

D. TRANSFUSI MASIF, adalah :
a. pemberian darah lebih besar dari volume darah pasien dalam waktu 24 jam atau 50 ml/ kgBB
b. pemberian 10 kantong WB atau 20 kantong PRC
c. tindakan transfusi cepat, yaitu transfusi yang dilakukan dengan kecepatan 100 ml/ menit

Masalah yang dapat terjadi akibat transfusi masif :
  • trombositopenia, jika yang diberikan adalah WB simpan
  • penurunan aktifitas faktor koagulasi labil (Faktor V dan VIII)
  • intoksikasi sitrat, terutama pada pasien syok, penyakit hati kronis, dan pada manula
Yang harus diperhatikan pada tindakan transfusi masif adalah risiko terjadinya hipotermia, hipokalsemia, dan hiperkalemia.
Hiperkalemia dapat terjadi pada pemberian WB simpan lebih dari 21 hari, keadaan ini dapat menimbulkan aritmia , fibrilasi, dan henti jantung.

Komponen darah yang biasa digunakan untuk transfusi masif :
  • Pemberian PRC golongan darah O, hanya perlu waktu persiapan 5 menit. Karena tidak memerlukan pemeriksaan golongan darah pasien
  • Pemberian PRC dengan golongan darah yang sama tanpa cross match, memerlukan waktu persiapan 10-15 menit, karena ada pemeriksaan golongan darah pasien 
  • Pemberian PRC dengan cross match kompatibel, memerlukan waktu persiapan 30-60 menit. Karena dilakukan pemeriksaan golongan darah dan cross match (antibody screening).
  • Pemberian PRC dengan cross match inkompatibel, memerlukan waktu persiapan sekitar 90 menit atau beberapa jam, karena diperlukan pemeriksaan golongan darah dan cross match dan perlakuan khusus lainnya. Diperlukan komunikasi yang baik untuk mencegah keterlambatan pemberian darah.
  • Pemberian Trombosit konsentrat (TC) memerlukan waktu persiapan 20 menit (bila ada alat apheresis)
  • Pemberian Fresh Frozen Plasma memerlukan waktu persiapan 45 menit, untuk mengencerkan  (thawing)
  • Pemberian Cryoprecipitate memerlukan waktu persiapan 15-20 menit, untuk mengencerkan (thawing)
Perdarahan akibat Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) yang menyebabkan gangguan koagulopati dapat diberikan FFP, TC, dan Cryopresipitate.


E. TRANSFUSI PADA NEONATUS, neonatus yang memerlukan transfusi sering pada bayi prematur, sakit, dan kurang memiliki toleransi terhadap stress

Indikasi transfusi darah pada neonatus :
  • bila ada distress nafas pada Hematokrit < 34-40%
  • bila tidak ada distress nafas : hematokrit < 30% atau Hb < 12 g/ dl, pada minggu pertama post partum. Denyut nadi > 160 x/ menit, pernafasan > 60 x/ menit. Foto thorax tampak ada pembesaran jantung
Karena batas keamanan transfusi pada neonatus, sangat kecil (karena volume darah total neonatus 85-90 ml/ kgBB), maka dosis transfusi sangat tergantung pada berat badan, umur kehamilan saat persalinan dan maturasinya. Untuk WB atau PRC transfusi 10 ml/ kgBB lebih dari 2-3 jam akan meningkatkan Hb sebesar 3 g/ dl.



F. TRANSFUSI PADA ANAK, paling sering adalah pemberian PRC. Transfusi pada anak harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan sangat berbeda dengan orang dewasa, hal ini karena :

  • ukuran anak lebih kecil maka volume darah disesuaikan dengan usia anak
  • kadar Hb normal anak bervariasi sesuai usia anak
  • mekanisme adaptasi kardiovaskuler terhadap kondisi anemia berbeda
  • anak lebih mudah terkena infeksi lewat transfusi darah, misalnya CMV
  • keputusan untuk pemberian transfusi jangan hanya didasarkan pada batas nilai Hb saja, karena anak dengan anemia kronik dapat beradaptasi dengan Hb yang sangat rendah
Kebutuhan darah untuk bayi dan anak diminta dalam jumlah volume darah. Dosis komponen darah yang direkomendasikan adalah :
  • Jika Hb  ≤ 5 g/ dl diberikan PRC dengan dosis 5 ml/ kgBB pada 1 jam pertama terutama bila ada perdarahan akut, sisanya harus dihabiskan dalam 3 jam berikutnya
  • Jika anak usia < 16 tahun memerlukan TC, maka sebaiknya yang diberikan adalah TC dari apheresis, hal ini untuk mengurangi banyaknya paparan darah donor. Dosis TC pada anak adalah 10-20 ml/ kgBB
  • Transfusi FFP tidak dianjurkan untuk mengoreksi hasil pemeriksaan PT / APTT sebagai profilksis, kecuali jika nilai PT / APTT > 2 x nilai normal dan pasien akan menjalani tindakan invasif. Indikasi yang tepat adalah bila terjadi perdarahan. Dosis yang diberikan adalah 10-20 ml/ kgBB


G. TRANSFUSI PADA WANITA HAMIL, memerlukan pertimbangan yang sangat ketat. Berdasarkan Audit klinis menunjukkan bahwa transfusi pada kehamilan terutama pasca persalinan berdampak tidak baik pada kehamilan berikutnya, karena dapat menyebabkan Haemolityc Disease of the Fetus / Newborn (HDFN).

Jika tidak ada perdarahan, kondisi ibu baik atau tidak ada keluhan dengan Hb > 7-8 g/ dl, sebaiknya diberi pengobatan penyebab anemia seperti zat besi (Fe) per oral atau asam folat. Transfusi darah diberikan jika ada tanda gangguan perfusi atau adanya perdarahan baik sebelum persalinan maupun sesudah persalinan. Perlu diketahui, aliran darah ke plasenta dan uterus sekitar 700 ml/ menit, sehingga bila terjadi perdarahan  dapat segera berakibat fatal. 

Bila perdarahan yang terjadi pada kehamilan merupakan komplikasi dari DIC, maka pengobatan primernya adalah terminasi persalinan, transfusi FFP, cryopresipitate, dan TC.



*****SELESAI*****








Komentar

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - XL axiata
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
    add Whatshapp : +85515373217 x-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMPLIKASI YANG SERING TERJADI PADA DIABETES