TATALAKSANA REAKSI TRANSFUSI

TATALAKSANA REAKSI TRANSFUSI 


Reaksi transfusi akut dapat terjadi sekitar 1%-2% dari semua pasien yang ditransfusi. Semua kondisi reaksi transfusi akut harus segera dilaporkan ke UTD(RS) atau BDRS dan dokter penanggung-jawab pasien (DPJP) untuk segera dilakukan penatalaksanaan. Pengenalan dan penatalaksanaan yang cepat dapat menyelamatkan pasien.

Reaksi transfusi akut dapat dikenali dengan cara mengetahui gejala dan tanda yang terjadi pada pasien. Contoh reaksi transfusi :
  • Hemolisis intravaskuler akut
  • Kontaminasi bakteri dan syok septik
  • Kelebihan cairan
  • reaksi anafilaksis
  • Transfusion - associated acute lung injury (TRALI)
Reaksi hemolisis intravaskuler akut dapat terjadi karena pemberian darah yang tidak cocok/ inkompatibel. Hal ini terjadi disebabkan oleh, antibodi yang ada dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah donor. Bahkan pemberian 10-50 ml darah yang inkompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi yang berat, sehingga bila darah inkompatibel diberikan dalam jumlah banyak tentunya akan meningkatkan risiko tersebut.

Inkompatibilitas golongan darah ABO, biasanya terjadi karena : 
  • kesalahan permintaan darah
  • kesalahan pengambilan sampel darah pasien
  • kesalahan pemberian label identitas pasien dalam tabung sampel darah 
  • ketidaktelitian dalam memeriksa identitas pasien sebelum memberikan transfusi
Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi transfusi akut ini dikelompokkan menjadi tiga kategori:

KATEGORI I (reaksi ringan)

Gejala/ keluhan : gatal
Tanda : reaksi pada kulit yang terlokalisir, misalnya, urtikaria, bercak-bercak merah/rash
Penyebab : reaksi alergi (hipersensitivitas) yang ringan
Penatalaksanaan :
  1. Hentikan transfusi
  2. Berikan antihistamin intramuskuler (IM)
  3. Lakukan observasi dalam waktu 30 menit. Jika tidak ada perbaikan, perlakukan sebagai Kategori II. Jika ada perbaikan, transfusi dapat dilanjutkan.
KATEGORI II (reaksi sedang)

Gejala/ keluhan : cemas, gatal, palpasi, sesak nafas ringan, sakit kepala
Tanda : kulit menjadi merah/ flushing, urtikaria, kaku/ rigor, demam, gelisah, takikardi
Penyebab : 
  • reaksi alergi (hipersensitivitas) yang sedang sampai berat
  • demam yang bukan disebabkan karena reaksi hemolisis, misalnya karena reaksi antigen-antibodi terhadap sel darah putih atau trombosit
  • kemungkinan juga karena kontaminasi pirogen dan atau bakteri
Penatalaksanaan :
  1. Hentikan transfusi, ganti dengan cairan infus NaCl 0,9% untuk menjaga pembuluh darah tetap terbuka. Panas tanpa gejala lainnya hanya diberi antipiretik.
  2. Hubungi dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien (DPJP) dan BDRS atau UTD(RS)
  3. Kirim kantong darah, selang transfusi set, dan sampel darah baru yang dimasukkan dalam tabung dengan anti koagulan dan tabung yang tanpa anti koagulan (jadi ada 2 sampel darah) yang diambil dari vena kontra lateral
  4. Berikan anti histamin (IM) dan antipiretik oral atau per rektal
  5. Berikan kortikosteroid dan bronkodilator (IV) bila terjadi reaksi anafilaksis (misalnya ada bronkospasme, stridor)
  6. Kumpulkan urin 24 jam untuk memeriksa adanya hemolisis
  7. Lakukan observasi dalam waktu 15 menit. Jika tidak ada perbaikan, perlakukan sebagai kategori III. Jika ada perbaikan, transfusi darah dengan kantong baru (donor baru) dapat dimulai dengan observasi yang lebih ketat
KATEGORI III (reaksi berat)

Gejala/ keluhan : cemas, nyeri dada, nyeri di daerah pemasangan jarum transfusi, gangguan pernafasan, nyeri punggung atau nyeri daerah pangkal paha, sakit kepala, sesak.
Tanda : kaku/ rigor, gelisah, hipotensi (tekanan darah sistolik turun ≥ 20%), takikardi (frekuensi denyut jantung meningkat ≥ 20%), hemoglobinuri (air seni berwarna merah), perdarahan yang tidak diketahui alasannya (DIC)
Penyebab : hemolisis intravaskuler akut, kontaminasi bakteri dan syok septik, kelebihan cairan, reaksi anafilaksis, TRALI
Penatalaksanaan :
  1. Hentikan transfusi, ganti dengan infus NaCl 0,9% untuk menjaga pembuluh darah tetap terbuka dan menjaga tekanan darah sistolik supaya tidak terjadi hipotensi. Bila terjadi hipotensi, beri cairan infus NaCl 0,9% tetes cepat selama 5 menit dan tinggikan tungkai bawah pasien
  2. Jaga saluran nafas dan berikan oksigen dengan tekanan tinggi menggunakan sungkup
  3. Hubungi DPJP atau dokter yang kompeten dan BDRS atau UTD(RS)
  4. Berikan adrenalin  IM secara pelan
  5. Berikan kortikosteroid san bronkodilator IV bila terjadi reaksi anafilaksis
  6. Berikan diuretik IV
  7. Kirim kantong darah, transfusi set, sampel darah baru dimasukkan dalam tabung tanpa anti koagulan dan tabung dengan anti koagulan (2 sampel darah), yang diambil dari vena kontra lateral
  8. Periksa urin segar untuk melihat tanda terjadinya hemoglobinuria
  9. Kumpulkan urin 24 jam untuk memeriksa adanya hemolisis
  10. Catat semua cairan yang masuk dan keluar untuk mengetahui keseimbangan cairan
  11. Periksa apakah terjadi perdarahan di tempat pemasangan transfusi set atau pada luka di tempat lain. Jika terbukti terjadi DIC, berikan TC, AHF atau FFP
  12. Periksa kembali, jika terjadi hipotensi, berikan lebih banyak NaCl 0,9% selama 5 menit, dan jika diperlukan dapat diberikan obat inotropik
  13. Jika produksi urin menurun atau terdapat tanda-tanda gagal ginjal akut, hitung keseimbangan cairan, pertimbangkan pemberian furosemid dan pemberian dopamin, kemudian rujuk kepada DPJP, bila diperlukan dialisis
  14. Jika diperkirakan terjadi bakteriemia, berikan antibiotik spektrum luas secara IV


Komentar

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.biz ^_$
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMPLIKASI YANG SERING TERJADI PADA DIABETES