HERBAL UNTUK PALIATIF dan SUPORTIF KANKER

Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang berkhasiat obat, dengan kata lain mengandung zat aktif  yang berguna untuk pengobatan penyakit, yang dalam perkembangannya dimasukkan sebagai salah satu bentuk pengobatan alternatif.

Hampir setiap negara di seluruh dunia memilki sejarah pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan sebagai bahan utamanya, termasuk Indonesia yang dikenal dengan sebutan JAMU.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 disebutkan bahwa salah satu pelayanan kesehatan tradisional komplementer adalah pelayanan kesehatan tradisional menggunakan ramuan.

Dalam mendukung pelayanan kesehatan tradisional menggunakan ramuan, Kementerian Kesehatan memandang perlu untuk membuat suatu acuan dalam pemilihan pemanfaatan jenis obat tradisional dalam bentuk Formularium, dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia.

Obat Herbal untuk Terapi Paliatif dan Suportif Penyakit Kanker

1. CEPLUKAN 
Physsalis minima 
Sinonim : P. angulata
 Suku      : Solanaceae

a. Nama daerah : letupletup, leletup, ubat pekong, daun kopo-kopi, daun loto-loto, leletop, cicendet, ciplukan, ceplokan.
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Deskripsi tanaman/ simplisia : merupakan tanaman perdu yang rendah. Bunganya berwarna kuning, buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau kekuningan bila masih muda, tetapi bila sudah tua berwarna coklat dengan rasa asam-asam manis. Buah ceplukan yang masih muda dilindungi kerudung penutup buah. Berdaun tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, diatas berpasangan, helaian daun berbentuk bulat telur, bulat memanjang, lanset dan ujung runcing, ujung tidak sama, runcing tumpul, tepi rata atau bergelombang.
d. Kandungan kimia : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, asam palmitat, asam stearat, flavonoid, saponin, alkaloid. Buah ceplukan matang mengandung vitamin C 24,5 mg; gula 6%; protein 7% per 100 ml jus.
e. Data keamanan : LD50 Infusa per oral : 4305 mg/ KgBB tikus.
f. Data manfaat : Uji pra klinik menunjukkan, ekstrak Physalis minima memperlihatkan efek inhibisi terhadap sel Ca mammae human T-47D dengan menginduksi apoptosis. Sifat anti-kanker dan efek sitotoksik juga terlihat pada NCI-H23 (adenocarcinoma paru human)
g. Indikasi : paliatif kanker (Adenocarcinoma Paru, Ca mammae, Laukemia, Ca hepar, Ca renal, Ca ovarium)
h. Kontra indikasi : pasien dengan gangguan perdarahan seperti hemofilia, pasien yang mengonsumsi obat pengencer darah (anti koagulan) dan hipotensi.
i. Peringatan : tidak mengonsumsi buah yang tidak matangkarena bersifat toksik sperti famili solanaceae lain. dapat mengencerkan darah dan menimbulkan hipotensi.
j. Efek samping : belum ada data
k. Interaksi : tanaman famili solanaceae yang lain
l. Posologi : 2 x 1 tea bag (4 g serbuk) / hari, seduh dalam 1 cangkir air


2. KELADI TIKUS
 Typhonium flagelliforme Lodd
→ Sinonim : T. divaricum L
→ Suku : Araceae

a. Nama daerah : bira kecil, daun panta susu, kalamayong, ileus, kibabi, trenggiling mentik, nama asingnya rodenttuber.
b. Bagian yang digunakan : umbi
c. Deskripsi tanaman / simplisia : Keladi tikus salah satu jenis tanaman obat yang merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak ditemui di Pulau Jawa dan tumbuh dengan baik pada ketinggian 1 - 300 m di atas permukaan laut. Keladi tikus termasuk golongan herba yang bentuknya menyerupai talas, tumbuh berumpun di alam bebas pada tanah gembur, lembab dan teduh. di pulau Jawa, keladi tikus banyak ditemukan di hampir semua tempat baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Pada tanaman yang masih kecil daunnya biasanya berbentuk bulat sedikit lonjong. Daun berikutnya mulai meruncing seperti daun talas. Keladi Tikus yang sudah tua daunnya hijau halus berujung runcing menyerupai anak panah. Bunga berwarna putih kekuningan dan kelopaknya menyerupai ekor tikus. Akarnya berwarna putih membesar membentuk umbi. Untuk tanaman dewasa yang siap digunakan diameter umbi antara 1-2 cm.
d. Kandungan kimia : alkaloid, saponin, steroid, dan glikosida, namun belum diketahui bahan aktif yang spesifik pada keladi tihus yang berperan dalam menyembuhkan penyakit kanker. Senyawa aktifnya ialah fitol, asam heksadekanoat, asam oktadekanoat, koniferin, beta-sitosterol, beta-daukosterol, serebrosida, asam laurat, dan asam kaprat.
e. Data keamanan : LD50 pada pemberian suspensi keladi tikus 600 - 1200 mg ialah 961,6123 mg/ 20 kg BB mencit atau 48,081 g / kg BB intraperitoneal.
f. Data manfaat : pada Uji Praklinik, Fitol dalam keladi tikus merangsang proses bunuh diri sel kanker. Keladi tikus menghambat perkembangan sel kanker dengan cara memotong DNA sel kanker. Kandungan beberapa jenis asam lemak seperti asam laurat dan asam kaprat menyebabkan keladi tikus juga bersifat antibakteri. Efek farmakologi inilah yang menjadi obat utama untuk mengatasi kanker stadium lanjut.
g. Indikasi :antineoplastik, dapat mengatasi efek samping dari kemoterapi, seperti rambut rontok, mual, perasaan tidak nyaman dan berkurangnya nafsu makan.
h. Kontra indikasi : kehamilan, pasca operas; tidak boleh bersamaan dengan kemoterapi-radioterapi (dihentikan minimal 2 hari sebelum kemoterapi dan 2 hari setelahnya / minimal 5 hari). Sifat keladi tikus yang melakukan detoksifikasi akan menganggap zat-zat kimia dari kemoterapi sebagai racun yang otomatis akan dikeluarkan dari tubuh. ini akan membuat kemoterapi tidak efektif
i. Peringatan : terdapat tumbuhan yang mirip dengan keladi tikus yaitu Typhonium trilobatum. T. trilobatum daunnya berombak dan berwarna hijau agak pudar. di bagian ujung daun yang masih kuncup berwarna keunguan dan akarnya berwarna coklat tua. Kelopak bunga T. trilobatum mengandung zat yang bersifat racun. Karena itu hindarilah kekeliruan. Pasca badah, harus menunggu 2 minggu
j. Efek samping : nausea, vomitus, diare sedikit, letargi
k. Interaksi : belum diketahui
l. Posologi : 3 x 1 sachet (3 g serbuk) / hari, rebus dengan 2 gelas air sampai menjadi 1 gelas.


3. KUNYIT PUTIH
 Kaempferiae rotunda (L)
→ Suku : Zingiberaceae

a. Nama daerah : temu putrid, kunci pepet, temu repet, koneng bodas, koncet pet, kunyit kunot, ardong
b. Bagian yang digunakan : rimpang
c. Deskripsi tanaman/ simplisia : tanaman herba tinggi sampai 0,65 m. batang berupa rimpang bercabang, pendek sangat kuat, aromatik, berwarna putih kekuningan, batang semu kokoh, merah kecoklatan minimal 25 cm. Umbi berbentuk bulat, akar tunggang sangat kecil, rasanya wangi, cabang rhizome berbentuk kepala, mengandung banyak air. Kelompok bunga berwarna putih dengan mahkota bergaris-garis, bau harum, rimpangnya pendek, menggerombol, berbau aromatis. Akarnya berdaging membentuk umbi sebesar telur puyuh.
d. Kandungan kimia : saponin, tanin, minyak atsiri, sineol,
e. Data keamanan : LD50 per oral 2375 mg/ kgBB tidak menimbulkan efek toksik. LD50 oral pada tikus : > 5g/ kgBB
f. Data manfaat : pada uji praklinik Lectin yang dimurnikan dari ekstrak K, rotunda menunjukkan aktivitas antiproliferasi terhadap sel Ehrlich ascites carcinoma (EAC). in vivo pada mencit dengan dosis injeksi 1,25 mg/ kgBB/ hari dan 2,5 mg/ kgBB/ hari selama 5 hari menunjukkan inhibisi 51 dan 67%. Lectin yang dimurnikan dari ekstrak K. rotunda juga memperlihatkan toksisitas terhadap brine shrimp nauplii dengan aktivitas aglutinasi kuat terhadap 7 bakteri patogen. Crotepoxide yang diisolasi dari K. rotunda menunjukkan aktivitas antitumor dan antiinflamasi. Dilakukan penelitian tentang efek crotepoxide terhadap NF-kappaB-mediated cellular response pada sel Ca human. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa crotepoxide mensensitisasi sel tumor terhadap cytokines dan obat kemoterapi melalui inhibisi NF-kappaB dan NF-kappaB-regulated gene product, sehingga crotepoxide dapat menekan inflamasi dan karsinogenesis.
g. Indikasi: paliatif kanker (Ehrlich ascites carcinima/ EAC)
h. Kontraindikasi : belum diketahui
i. Peringatan : belum diketahui
j. Efek samping : belum diketahui
k. Interaksi : belum diketahui
l. Posologi : 2 x 1 tea bag (7 g serbuk)/ hari, seduh dalam 1 cangkir air


4. MANGGIS
Garcinia mangostana 
 Suku : Cluciaceae
a. Nama daerah : manggis (jawa), manggu (Jawa Barat), manggus (Lampung), menggusto (Sulawesi Utara), manggista (Sumatra Barat), mangih (Minangkabau), mangustang (Halmehera). Nama asing : mangosteen, queen of fruit (Inggris), manggistan (Belanda), mangastane (Jerman), mengostao(Portugis), mangustan (India), mengut (Myanmar), mangusta (Malaysia)
b. Bagian yang digunakan : kulit buah
c. Deskripsi tanaman/ simplisia :
- tanaman : tanaman yang pertumbuhannya paling lambat, berasal dari biji umumnya membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah. Tinggi pohon 5-20 m, berbatang tegak, kulit batang coklat, dengan diameter 20-50cm, ditumbuhi cabang banyak yang tumbuh datar, tajuk rimbun dan rindang.
- Daun : tunggal, berbentuk elips dengan ujung runcing, panjang 10-25 cm, lebar 4-10cm. Letak duduk daun berhadapan atau berselang-seling. Permukaan atas mengilap, hijau gelap, dan permukaan bawah daun terang. tangkai daun 1-2 cm.
- Bunga : betina muncul diujung cabang atau ranting sebanyak 1-3 bunga berukuran 5-6 cm. Ditengahnya muncul kepala putik, bentuk menjari, berjumlah 4-6 buah. Benang sari mandul (staminodial) biasanya tersusun berkelompok. Bakal buah beruas 4-8.
- Buah : bulat, saat matang berdiameter 3,5-7 cm, berwarna merah-ungu tua. Dipangkalnya terdapat 5 lembar kelopak buah warna hijau. Kulit buah tebal,5-10cm. Di bagian bawah buah, terdapat lembaran hijau, jumlah lembaran mencerminkan jumlah sekat atau segmen biji di dalam buah yang berkisar 4-8 segmen.
-Biji : ada 1-3 biji besar berukuran 1-2 cm, dan yang kecil 2-5 biji kempis (biji gagal tumbuh sempurna)
- Akar : tunggang, tumbuh memanjang, menghujam dalam ke tanah.
d. Kandungan kimia : Kulit manggis mengandung alfa-mangostin, beta-mangostin, garcinone B, dan garcinone E, yang secara bersama-sama disebut xanthon. Senyawa bioaktif ini berstruktur cincin enam karbon dengan kerangka karbon lengkap. Xanthon merupakan antioksidan tingkat tinggi-100 kali lebih kuat dari vitamin A, C dan E. Xanthon memiliki gugus hidroksi (OH) yang efektif mengikat radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab rusaknya sel tubuh. Kulit buah yang matang mengandung xanthones, gartanin, 8-dioxygartanin, dan normangostin.
e. Data keamanan : LD50 per oral pada mencit : > 5 g/ kg BB.
f. Data manfaat : pada uji praklinik, pemberian intragastrik ekstrak kulit buah manggis pada mencit albino Swiss.dosis tunggal 2 dan 5 g/ kg BB tidak menghasilkan toksisitas selama 14 hari observasi. Untuk toksisitas subkronik, ekstrak pada dosis 400, 600,dan 120 mg/ kg BB diberikan secara oral pada tikus jantan dan betina galur Wistar setiap hari selama 12 minggu. Secara keseluruhan, konsumsi ekstrak tidak menunjukkan efek perubahan tingkah laku, pola makan dan minum, pertumbuhan atau kesehatan. nilai hematologi tidak menunjukkan perubahan dibandingkan dengan kontrol.
Studi untuk menentukan aktivitas antiproliferatif, apoptotik dan antioksidatif ekstrak metanol kulit G. mangostana dilakukan pada human breast cancer (SKBR3)cell line. Ekstrak tersebut memperlihatkan aktivitas antiproliferasi, antioksidasi yang poten dan induksi opotosis. disimpulkan bahwa ekstrak G. mangostana berpotensi untuk kemopreventif kanker. Aktivitas antiproliferative terhadap SKBR3 human breast adenocarcinomacell line yang menggunakan uji MTT menunjukkan bahwa G. mangostana memperlihatkan aktivitas yang paling poten.
Penelitian terhadap 6 xanthone dari kulit G. mangostana, dilakukan untuk melihat efek inhibisi terhadap pertumbuhan human leukemia cell line (HL60). Semua xanthone memperlihatkan efek penghambatan pertumbuhan terutama alfa-mangostins.
Penelitian menggunakan ekstrak senyawa 6 xanthone dari kulit buah G. mangostana juga dilakukan untuk menguji efek sitotoksiknya terhadap 14 human cancer cell lines termasuk 6 hepatoma cell lines. Hasilnya menunjukkan bahwa 1 derivat xanthone yaitu garcinone E mempunyai efek sitotoksik yang poten terhadap HCC cell lines, dan juga terhadap gastric and lung cancer cell lines.
g. Indikasi : paliatif kanker (Ca mammae, Ca gaster, Ca paru, Ca kolon, leukemia, hepatoma)
h. Kontra indikasi : alergi, kehamilan, laktasi
i. Peringatan : manggias memiliki efek antioksidan yang dapat berinteraksi dengan kemoterapi tertentu dan terapi radiasi. Untuk pasien diabetes diharapkan berhati-hati pada penggunaan jus manggis karena mengandung gula.
j. Efek samping :minum jus manggis setiap hari selama 12 bulan, dapat mengalami asidosis laktat berat, diduga akibat alfa-mangostin menyebabkan disfungsi mitikondria
k. Interaksi : sinergis dengan antibiotik gentamisin, vankomisin, ampisilin, dan minosiklin untuk mengatasi bakteri VRE (Vancomycin-Resistant Enterococci) dan MRSA (Multiresistant Staphylococcous aureus). Mungkin berinteraksi dengan obat kemoterapi anthracycline, platinum, dan pengalkilasi, karena efek antioksidannya. Efek adiksi dengan antihistamin.
l. Posologi : 2 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/ hari


5. SAMBILOTO
 Andrographis paniculata
→ Suku : Acanthaceae

a. Nama daerah : papaitan, ki oray, ki peurat, takilo, bidara, sadilata, sambilata, takila, ampadu
b. Bagian yang digunakan : herba
c. Deskripsi tanaman/ simplisia : batang tidak berambut, tebal 2-6 mm, persegi empat, batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang berhadapan, umumnya terlepas dari batang, bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak, rapuh, tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung meruncing, tepi daun rata. Permukaan alas berwarna berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam, kadang-kadang pecah secara membujur. Permukaan luar kulit buah berwarna hijau tua hingga hijau kecoklatan, permukaan dalam berwarna putih atau putih kelabu. Biji agak keras, permukaan luar berwarna cokelat muda dengan tonjolan.
d. Kandungan kimia : kandungan utama adalah lakton diterpen termasuk andrografolid, deoksiandrografolid, neoandrografolid, andrografisid, deoksiandrografisid, andropanosid.
Dari akar didapat senyawa flavonoid, andrografidin, panikolin, 4-dimetil eter, keton, aldehid, kalium, kalsium, natrium, asam kersik.
e. Data keamanan : ekstrak sambiloto dosis 75, 150, dan 225  mg/ mencit/ hari selama masa organogenesis memiliki aktifitas abortivum. Andrografolid (zat aktif sambiloto) mempunyai efek antifertilitas pada mencit betina. Uji toksisitas akut ekstrak etanol 50% sambiloto dosis 15 g/ kgBB pada mencit tidak menimbulkan efek toksik. Nilai LD50 ekstrak sambiloto yang diberikan peroral maupun subkutan > 15 g/ kgBB dan nilai LD50 yang diberikan secara intraperitoneal adalah 15,98 g/ kgBB. Pemberian suspensi serbuk daun sambiloto dosis 200 dan 400 mg/ kg BB selama 4 minggu pada mencit tidak terlihat adanya efek toksik terhadap pertumbuhan, organ visceral mayor, kesuburan ataupun teratogenik. Pemnerian per oral serbuk daun dengan dosis 50, 100, dan 150 mg/ kgBB selama 14 minggu pada tikus tidak memperlihatkan efek toksik tapi pada dosis 150 mg/ kgBB menghambat pertumbuhan tikus. LD50 per oral dengan dosis 27,54 g/ kgBB praktis tidak toksik. Ekstrak daun sambiloto pada hewan uji tidak menimbulkan efek toksik pada fungsi hati dan ginjal, pada pemakaian subkronik. LD50 pada mencit dengan dosis 19,473 g/ kgBB praktis tidak toksik. Uji teratogenik pada mencit dengan dosis 5 kali dosis lazim tidak menunjukkan kelainan morfologi pada janin. Merusak sel trofasit dan trofoblas.
f. Data manfaat : pada uji praklinik, fraksi diklorometan menghambat perkembang-biakan sel HT-29 (kanker kolon). Tiga senyawa diterpen dari fraksi diklorometan yaitu andrografolid, 14-deoksiandrografolid (DA), 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid (DDA), dilaporkan dapat menghambat perkembang-biakan sel kanker in vitro dengan menghambat siklus sel protein p27, dan mengurangi aktivitas cyclin-dependent kinase 4 (CKD-4). Andrografolid juga meningkatkan produksi TNF-alpha sehingga meningkatkan aktivitas sitotoksik limfosit terhadap sel kanker yang secara tidak langsung berefak antikanker.
g. Indikasi : paliatif kanker (leukemia, Ca kolon, Ca mammae, melano-Ca), supportif kanker.
h. Kontraindikasi : kehamilan, menyusui.
i. Peringatan : air perasan dapat menimbulkan bengkak pada mata.
j. Efek samping : alergi pasien yang peka terhadap famili Acanthaceae. Pernah ada laporan urtikaria setelah minum ebusan sambiloto.
k. Interaksi : hindari penggunaan jangka panjang bersamaan obat imunosupresan. Hati-hati pada pasien kardiovaskular, bila dikonsumsi bersamaan obat antiplatelet atau antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi platelet. Dengan daun salam dapat menurunkan kadar gula darah lebih stabil.
l. Posologi : 3 x 1 kapsul (300 mg ekstrak)/ hari.


6. TEMU KUNCI
Boesenbergia pandurata
Sinonim : Curcuma rotunda, Kaempferia rotundda
Suku : Zingiberaceae

a. Nama daerah : kunci, temu konci, konceh, temo kunceh, kunce
b. Bagian yang digunakan : rimpang
c. Deskripsi tanaman/ simplisia : herba rendah, merayap di tanah. Batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal 5-30 x 0,5-2 cm, batang diatas tanah berupa pelepah daun beralur, tidak berambut, panjang 7-16 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun;helai daun tegak, bentuk lancet lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebar 5-11 cm. Morfologi rimpang tersusun seperti kunci yang digantung.
d. Kandungan kimia : minyak atsiri, saponin, dan polifenol
e. Data keamanan : LD50 oral pada mencit: > 21 g/ kg BB. Uji toksisitas akut pada 36 tikus galur Sprague Dawley yang diberikan ekstrak temu kunci dosis 2 dan 5 g/ kg BB per oral diamati selama 14 hari menunjukkan tidak adanya manifestasi toksisitas. Data hasil observasi klinik, biokimia darah, hematologi dan histopatologi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kontrol.
f. Data manfaat : penelitian dilakukan utuk mengevaluasi aktivits antikanker pinostrobin yang diisolasi dari K. pandurata terhadap kultur sel myeloma. Sel myeloma di inkubasi dalam media RPMI, Fetal Bovine serum 10%. Konsentrasi pinostrobin 1,10,100, 500, dan 1000 ug/ mL, yang sebelumnya dilarutkan dalam DMSO, kemudian ditambahkan pada kultur sel myeloma dan diinkubasi selama 24 jam, pada 37⁰C dalam inkubator CO2. aktivitas anti kanker ditenrukan menggunakan metode ekslusi tripan blue, yang parameternya adalah viabilitas sel myeloma. Hasil menunjukan bahwa pinostrobin mempunyai aktivitas antikanker terhadap kultur sel myeloma dengan LD50 : 232,78 ug/ mL, dan tidak mempunyai aktivitas fragmentasi DNA.
Efek pinocembrin, 5,7-dihydroksiflavanone yaitu flavanon dari rimpang B. pandurata terhadap fase I dan II enzim metabolisme xenobiotik padda hati tikus. Didapat bahwa aktivitas heme oxygenase meningkat secara bermakna pada kelompok yang mendapat pinocembrin 10 dan 100 mg/kgBB.
g. Indikasi :paliatif Ca (Ca mammae, Ca paru, Ca colon, Ca cervix, Ca prostat, Ca hepar)
h. Kontraindikasi : belum diketahui
i. Peringatan : belum diketahui
j. Efek samping : konsumsi harian tidak lebih dari 30 g. Konsumsi berlebih (> 50 g/ hari selama seminggu berturut-turut), bisa memicu terjadinya kemandulan pada wanita.
k. Interaksi : belum diketahui
l. Posologi : 2 x 1 ml tinktur


7. SIRSAK
Annona muricata
 Sinonim : Annona macrocarpa, Annona crassiflora, Guanabanus muricatus, Annona cearensis, Annona bonplandiana.
→ Suku : Annonaceae

a. Nama daerah : nangka sabrang, nangka landa, nangka walanda, sirsak, nangka buris (Madura), srikaya Jawa (Bali), deureuyan belanda (Aceh), durio ulondro (Nias), durian batawi (Minangkabau), jambu landa (Lampung), langelo walanda (Gorontalo), sirikaya balanda (Bugis dan Makasar), naka walanda (Ternate), naka (Flores).
- Nama asing : seremaia (Fiji), zuurzak (Belanda), zapote agrio (Spanyol), soursapi (Amerika, Inggris), guyabano (Filipina).
b. Bagian yang digunakan : daun dan buah
c. Deskripsi tanaman/ simplisia : Tanaman : berkayu. Tinggi hingga 9 m. Daun: mengilap dan licin. Bentuk bulat memanjang dengan ujung dan dasar mengecil. Tangkai daun 5 mm. Agak tebal. Permukaan atas daun berwarna lebih tua dibandingkan permukaan bawah. Bunga: soliter. Berwarna kuning atau kuning kehijauan. Tiga petal paling luar bulat telur melebar dengan dasar berbentuk hati. Panjang hingga 5 cm dengan lebar 3 cm. Buah: membulat atau lonjong seperti hati. permukaan seperti berduri tapi halus. Kulit tipis. Daging buah berwarna putih, lembut, dan berserat. Berat per buah dapat mencapai 7 kg. Biji: hitam, keras.
d. Kandungan kimia : minyak atsiri, sineol 50-65%, alpha-pinen, limonene, dan dipenten. Juga mengandung senyawa asetoginin, antara lain asimisin, bulatasin, dan skuamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa asetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedent.
e. Data keamanan: LD50 ekstrak air dari daun per oral : > 5 g/ kgBB pada tikus.
f. Data manfaat : secara empiris buah atau daun sirsak bermanfaat mengatsi beragam penyakit. Masyarakat Aceh, misalnya, manyantap buah srsak untuk mengatasi hepatitis. Daunnya bermanfaat sebagai obat batuk. Bagi suku Sunda, buah sirsak yang masih muda berfaedah sebagai penurun tekanan darah tinggi, dan daunnya untuk menghilangkan mual, bisul, dan rematik. Sementara suku Madura memanfaatkan buah sirsak untuk meredakan diare dan sakit perut. Masyarakat Kutai memilih daun untuk mengobati diare. Masyarakat etnis Dayak percaya mengonsumsi buah sirsak menghilangkan mual.
Pada uji praklinik, daun sirsak mengandung annonaceae acetogenins 10.000 kali lebih kuat membunuh sel kanker darpada zat adriamycin. Ekstrak A. muricata menunjukkan efek sitotoksik terhadap sel hepatoma dan sel adenocarcinoma mammae human yang resisten terhadap doxorubicin dengan menghambat penggunaan ATP dan menginhibisi aktivitas glycoprotein membran plasma.
g. Indikasi : paliatif kanker (Ca mammae, adena Ca mammae yang resisten multi-drug, Ca ovarium, adeno Ca colon, adeno Ca prostat, Ca hepar, Ca paru, Ca pankreas, limfoma maligna.
h. Kontraindikasi : hipotensi, kehamilan, laktasi.
i. Peringatan : bila merasa sedasi atau somnolen, mual dan muntah, dosis perlu dikurangi. Bila digunakan > 30 hari perlu diberikan probiotik atau enzim pencernaan karena in vitro menunjukkan efek eliminasi bakteri saluran cerna.
j. Efek samping : gangguan pergerakan dan mieloneuropati dengan gejala serupa penyakit parkinson.
k. Interaksi : dapat potensiasi efek obat antihipertensi, cardiac depresant, antidepresan dan penghambat MAO.
l. Posologi : 3 x 2 kapsul (500 mg ekstrak daun)/ hari.


*****SEMOGA BERMANFAAT*****

Referensi : dihimpun dari beberapa literatur

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMPLIKASI YANG SERING TERJADI PADA DIABETES